PEMBELIAN
Definisi
Pembelian Menurut Para Ahli
Istilah purchasing atau pembelian
sinonim dengan procurement atau pengadaan barang. Berikut adalah definisi
procurement menurut Bodnar dan Hopwood (2001:323), yaitu:“Procurement is the
business process of selecting a source, ordering, and acquiring goods or
services.”
Pendapat tersebut kurang lebih mempunyai arti: bahwa pengadaan barang adalah proses bisnis dalam memilih sumber daya-sumber daya, pemesanan dan perolehan barang atau jasa.
Brown dkk. (2001:132) mengatakan bahwa secara umum pembelian bisa didefinisikan sebagai: “managing the inputs into the organization’s transformation (production process).” Pendapat tersebut kurang lebih mempunyai arti bahwa pembelian merupakan pengelolaan masukan ke dalam proses produksi organisasi.
Berikut adalah pendapat Galloway dkk. (2000:31) mengenai fungsi pembelian, yaitu: “The role of purchasing function is to make materials and parts of the right quality, and quantity available for use by operations at the right time and at the right place.” Pendapat tersebut kurang lebih mempunyai arti bahwa peran fungsi pembelian adalah untuk mengadakan material dan part pada kualitas yang tepat dan kuantitas yang tersedia untuk digunakan dalam operasi pada waktu yang tepat dan tempat yang tepat.
Pentingnya fungsi pembelian
Management audit bisa digunakan untuk mengevaluasi organisasi secara keseluruhan ataupun fungsi tertentu dalam organisasi, untuk menentukan apakah perusahaan sudah memperoleh efisiensi biaya yang maksimum dari yang telah dilaksanakan oleh fungsi tersebut selama ini. Penelitian ini menjadikan fungsi pembelian sebagai sasaran audit.
Fungsi pembelian sering dianggap sebagai bagian yang paling penting dan berpengaruh, bahkan bisa dikatakan sebagian besar proses bisnis berasal dari kegiatan pembelian. Alasan yang sangat fundamental untuk membahas fungsi pembelian ialah karena dalam bidang ini pemborosan mudah terjadi, baik karena perilaku yang disfungsional maupun karena kurangnya pengetahuan dalam berbagai aspek pembelian bahan, sarana, prasarana dan suku cadang yang diperlukan perusahaan.
Pandangan ini menurut Siagian (2001:192) mudah dipahami karena dalam proses produksi perusahaan memerlukan bahan baku. Tidak banyak perusahaan yang menguasai sendiri bahan baku yang diperlukan untuk diolah lebih lanjut menjadi produk jadi, sehingga bisa disimpulkan bahwa tidak ada satupun bentuk atau jenis perusahaan yang tidak terlibat dengan fungsi pembelian. Pengalaman banyak perusahaan bahwa biaya untuk menghasilkan suatu produk mungkin mencapai sekitar lima puluh persen dari harga jual produk, menjadikan fungsi pembelian sebagai sumber pemborosan apabila tidak diselenggarakan dengan baik dan sumber penghematan yang akan memperbesar laba perusahaan apabila dilakukan dengan teliti dan cermat.
Berikut adalah beberapa alasan mengapa pembelian merupakan area yang penting yang dikemukakan Brown dkk. (2001:131), yaitu:
Pendapat tersebut kurang lebih mempunyai arti: bahwa pengadaan barang adalah proses bisnis dalam memilih sumber daya-sumber daya, pemesanan dan perolehan barang atau jasa.
Brown dkk. (2001:132) mengatakan bahwa secara umum pembelian bisa didefinisikan sebagai: “managing the inputs into the organization’s transformation (production process).” Pendapat tersebut kurang lebih mempunyai arti bahwa pembelian merupakan pengelolaan masukan ke dalam proses produksi organisasi.
Berikut adalah pendapat Galloway dkk. (2000:31) mengenai fungsi pembelian, yaitu: “The role of purchasing function is to make materials and parts of the right quality, and quantity available for use by operations at the right time and at the right place.” Pendapat tersebut kurang lebih mempunyai arti bahwa peran fungsi pembelian adalah untuk mengadakan material dan part pada kualitas yang tepat dan kuantitas yang tersedia untuk digunakan dalam operasi pada waktu yang tepat dan tempat yang tepat.
Pentingnya fungsi pembelian
Management audit bisa digunakan untuk mengevaluasi organisasi secara keseluruhan ataupun fungsi tertentu dalam organisasi, untuk menentukan apakah perusahaan sudah memperoleh efisiensi biaya yang maksimum dari yang telah dilaksanakan oleh fungsi tersebut selama ini. Penelitian ini menjadikan fungsi pembelian sebagai sasaran audit.
Fungsi pembelian sering dianggap sebagai bagian yang paling penting dan berpengaruh, bahkan bisa dikatakan sebagian besar proses bisnis berasal dari kegiatan pembelian. Alasan yang sangat fundamental untuk membahas fungsi pembelian ialah karena dalam bidang ini pemborosan mudah terjadi, baik karena perilaku yang disfungsional maupun karena kurangnya pengetahuan dalam berbagai aspek pembelian bahan, sarana, prasarana dan suku cadang yang diperlukan perusahaan.
Pandangan ini menurut Siagian (2001:192) mudah dipahami karena dalam proses produksi perusahaan memerlukan bahan baku. Tidak banyak perusahaan yang menguasai sendiri bahan baku yang diperlukan untuk diolah lebih lanjut menjadi produk jadi, sehingga bisa disimpulkan bahwa tidak ada satupun bentuk atau jenis perusahaan yang tidak terlibat dengan fungsi pembelian. Pengalaman banyak perusahaan bahwa biaya untuk menghasilkan suatu produk mungkin mencapai sekitar lima puluh persen dari harga jual produk, menjadikan fungsi pembelian sebagai sumber pemborosan apabila tidak diselenggarakan dengan baik dan sumber penghematan yang akan memperbesar laba perusahaan apabila dilakukan dengan teliti dan cermat.
Berikut adalah beberapa alasan mengapa pembelian merupakan area yang penting yang dikemukakan Brown dkk. (2001:131), yaitu:
1. Fungsi pembelian memiliki tanggung
jawab untuk mengelola masukan perusahaan pada pengiriman, kualitas dan harga
yang tepat, yang meliputi bahan baku, jasa dan sub-assemblies untuk keperluan
organisasi.
2. Berbagai penghematan yang berhasil
dicapai lewat pembelian secara langsung direfleksikan pada lini dasar
organisasi. Dengan kata lain, begitu penghematan harga dibuat, maka akan
mempunyai pengaruh yang langsung terhadap struktur biaya perusahaan. Sehingga
sering dikatakan bahwa penghematan pembelian 1% ekivalen dengan peningkatan
penjualan sebesar 10%.
3. Pembelian dan suplai material
mempunyai kaitan dengan semua aspek operasi manajemen.
Bagaimana cara sebuah perusahaan dalam mengendalikan strategi pengadaan barangnya akan mempunyai pengaruh langsung terhadap bagaimana perusahaan tersebut menjalankan bisnisnya. Pembelian yang baik juga perlu menjadi perhatian untuk organisasi-organisasi non profit dan pemerintah. Berbagai tekanan yang berkaitan dengan kurangnya dana yang tersedia dan besarnya biaya, mendorong organisasi-organisasi tersebut untuk beroperasi seefisien mungkin dengan biaya seminimum mungkin.
Dengan demikian, apapun jenis dan ukuran perusahaannya, pembelian yang dilaksanakan dengan ekonomis dan efektif amat diperlukan dalam upaya mencapai kondisi perusahaan yang sehat karena pembelian merupakan kegiatan yang memerlukan pengerahan sumber daya dalam jumlah besar.
Tugas dan tanggung jawab fungsi pembelian
Pada dasarnya peran fungsi pembelian adalah untuk menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh perusahaan pada waktu, harga dan kualitas yang tepat. Assauri (1998:162) menjabarkan tanggung jawab bagian pembelian sebagai berikut:
Bagaimana cara sebuah perusahaan dalam mengendalikan strategi pengadaan barangnya akan mempunyai pengaruh langsung terhadap bagaimana perusahaan tersebut menjalankan bisnisnya. Pembelian yang baik juga perlu menjadi perhatian untuk organisasi-organisasi non profit dan pemerintah. Berbagai tekanan yang berkaitan dengan kurangnya dana yang tersedia dan besarnya biaya, mendorong organisasi-organisasi tersebut untuk beroperasi seefisien mungkin dengan biaya seminimum mungkin.
Dengan demikian, apapun jenis dan ukuran perusahaannya, pembelian yang dilaksanakan dengan ekonomis dan efektif amat diperlukan dalam upaya mencapai kondisi perusahaan yang sehat karena pembelian merupakan kegiatan yang memerlukan pengerahan sumber daya dalam jumlah besar.
Tugas dan tanggung jawab fungsi pembelian
Pada dasarnya peran fungsi pembelian adalah untuk menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh perusahaan pada waktu, harga dan kualitas yang tepat. Assauri (1998:162) menjabarkan tanggung jawab bagian pembelian sebagai berikut:
1. Bertanggung jawab atas
pelaksanaan pembelian bahan-bahan agar rencana operasi dapat dipenuhi dan
pembelian bahan-bahan tersebut pada tingkat harga dimana perusahaan akan mampu
bersaing dalam memasarkan produknya.
2. Bertanggung jawab atas usaha-usaha
untuk dapat mengikuti perkembangan bahan-bahan baru yang dapat meguntungkan
dalam proses produksi, perkembangan dalam desain, harga dan faktor-faktor lain
yang dapat mempengaruhi produk perusahaan, harga serta desainnya.
3. Bertanggung jawab untuk
menurunkan investasi atau meningkatkan perputaran bahan, yaitu dengan penentuan
skedul arus bahan ke dalam pabrik dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan produksi.
4. Bertanggung jawab atas
kegiatan penelitian dengan menyelidiki data-data dan perkembangan pasar,
perbedaaan sumber-sumber penawaran (supply) dan memeriksa pabrik suplier untuk
mengetahui kapasitas dan kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan
perusahaan.
http://blogdeee.blogspot.com/2011/10/pembelian.html
5. Bertanggung jawab atas
pemeliharaan bahan-bahan yang dibeli setelah diterima dan bertanggung jawab
atas pengawasan persediaan.
Tugas-tugas yang dilakukan bagian pembelian dalam memenuhi tanggung jawab tersebut diatas antara lain:
Tugas-tugas yang dilakukan bagian pembelian dalam memenuhi tanggung jawab tersebut diatas antara lain:
1. Melakukan pembelian
bahan-bahan secara bersaing atas dasar nilai yang ditentukan tidak hanya pada
harga yang tepat tetapi juga pada waktu yang tepat, serta jumlah dan mutu yang
tepat pula.
2. Membantu pemilihan bahan-bahan
dengan melakukan penyelidikan.
3. Melaksanakan usaha-usaha pencarian
paling sedikit dua sumber suplai.
4. Mempengaruhi tingkat
persediaan terendah.
5. Menjaga hubungan baik dengan
suplier.
6. Melakukan kerjasama dan koordinasi
yang efektif dengan fungsi-fungsi lainnya dalam perusahaan.
7. Meneliti keadaan perdagangan
pasar.
8. Membeli seluruh bahan-bahan dan
perlengkapan yang dibutuhkan tepat waktu sehingga tidak menganggu rencana
produksi dari perusahaan tersebut.
Galloway dkk. (2000:305) mendefinisikan tujuan dan tanggung jawab departemen pembelian adalah meliputi hal-hal sebagai berikut:
Galloway dkk. (2000:305) mendefinisikan tujuan dan tanggung jawab departemen pembelian adalah meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Memilih, mengevaluasi dan
mengembangkan sumber-sumber untuk bahan dan jasa yang dibutuhkan oleh
perusahaan.
2. Memelihara dan membangun relasi
dengan suplier yang berkenaan dengan kualitas, pengiriman, pembayaran dan
pengembalian.
3. Mencari bahan dan produk baru,
serta sumber-sumber baru untuk memperoleh bahan dan produk yang lebih baik yang
mungkin bisa digunakan oleh perusahaan di masa yang akan datang.
4. Melakukan negosiasi dan
memperoleh bahan baku, peralatan, barang dan jasa pada harga yang mencerminkan
the best value for money.
5. Ikut berpartisipasi dalam
aktivitas-aktivitas untuk reduksi biaya.
6. Memelihara sistem komunikasi
yang efektif dan melakukan konsultasi secara rutin dengan fungsi-fungsi
internal.
7. Selalu memberikan informasi mengenai
biaya pembelian dan berbagai perubahan yang mungkin bisa mempengaruhi laba
perusahaan dan perkembangan dimasa mendatang kepada manajemen puncak.
Konsep dasar
keputusan dalam pandangan dalm setiajatnika(1999:31)meliputi 4 komponen sebagai
berikut :
1. Keadaan dasar,
yaitu, sekumpulan peristiwa yang mempengaruhi
hasil keputusan.
2. Peluang yang berkaitan dengan keadaan dasar
3. Sekumpulan kegiatan yang dilakukan oleh pengambil keputusan
4. Sekumpulan manfaat dan biaya kombinasi keputusan dasar
Berdasarkan pendapatpendapat tersebut, istilah keputusan pembelian menunjukan arti
kesimpulan terbaik individu konsumen untuk
melakukan pembelian. Konsumen melakukan kegiatankegiatan
dalam mencapai kesimpulannya. Kualitas setiap
kegiatan membentuk totalitas kesimpulan terbaik
sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya.
Keadaannya, kesimpulan terbaik penting
didorong berbagai upaya organisasi sebagai
keadaan dasar yang melandasi. Randal, Ulrich,
dan Reibstein menyatakan, “Some
attributes of a product are important to consumers, yet are difficult to observe” (1998:2).
Pembahasan mengenai keputusan pembelian dapat
lebih jelas melalui sebuah model yang
memberikan gambaran menyeluruh keberadaan variabelvariabel
penentu termasuk kegiatan-kegiatan konsumen dalam
mencapai kesimpulan terbaiknya. Konsisten dengan
arti keputusan pembelian telah dikemukakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar