Jumat, 30 Desember 2011

Kisah mereka yang selamat “ Suara Gemuruh Dari Arah Gunung Mandalawangi “


Tugas Ilmu Budaya Dasar
Nama             : Rizka Mutiara Hikmalasari
NMP               : 16211318
KELAS                        : 1EA06
Kisah mereka yang selamat
“ Suara Gemuruh Dari Arah Gunung Mandalawangi “
                Umur manusia memang di tangan Allah , meski rumahnya di landa banjir lumpur Ny Dede Kurniasih ( 45 ) dan putrid bungsunya Wulan ( 26 ) selamat dari bencana .
            Saat musibah datang , dua warga Bunianten ini tengah bersantai setelah beres – beres rumah . “ Sore itu , cuaca buruk sekali . Selain hujan deras , suasana gelap , “ tutur wanita yang tinggal sendirian di rumah .
            Sejak suaminya meninggal beberapa tahun lalu , Ny Dede yang berputri dua orang itu tinggal sendirian . Si sulung Ros sudah menikah dan tinggal di desa lain , sedangkan si bungsu Wulan dan Iwan , suaminya tinggal tak jauh dari rumah Ny Dede .

            Sehabis magribh , Dede mendengar teriak Wulan yang memanggil – manggil . “ Dia minta saya keluar rumah . “ Setiba di luar rumah , Wulan bilang ia mendengar suara keras yang mencurigakan dari arah Gunung Mandalawangi . “ Perasaan kami jadi nggak enak . Saya merasa bakal ada sesuatu yang menyeramkan terjadi di desa ini . “ kata Dede . Ia lantas mengajak Wulan menenangkan pikiran dengan banyak berdoa .

            Selang beberapa lama , suara – suara yang terdengar , bukan hanya dari alam , tapi juga teriakan ketakutan manusia . Sementara itu , kian lama , suara dari arah gunung semakin keras . Karena takut dan was – was terjadi apa – apa . Pasangan Wulan dan Iwan dan 2 anak mereka meninggalkan rumah .

            Di depan rumah Dede  , mereka melihat gulungan besar lumpur menerajang kea rah desa mereka . Dalam sekejap , sawah , kebun , dan rumah – rumah yang di lewati lumpur itu musnah . Lumpur longsor bercampur arus banjir itu terus bergerak dengan suara gemuruh . “ Kami putuskan mengungsi ke tempat yang lebih tinggi , “ cerita Ny Dede .

            Karena keadaan darurat , Dede terpisah dengan keluarga Wulan . Dede dan beberapa penduduk berlari menyusuri tepi sungai dan mencari tanah yang lebih tinggi . “ Saat itu , perasaan kami takut luar biasa . Anehnya , di saat ketakutan itu , kami jadi berani dan nekat . Pokoknya lari dan lari mencari tempat yabg lebih tinggi .

            Meski sudah berusaha lari sekuat tenaga , lumpur longsor yang bergerak tetap saja menghantam mereka . “ Saya juga di terjang lumpur . Tapi Cuma sebatas paha . “ ungkap Ny Dede mengenang kejadian seram itu .

             Saking lelahnya , Dede pingsan . Saat siuman ia berada di antara penduduk setempat yang menolongnya . Sementara itu , pengalaman Wulan bersama suami dan anak – anaknya  , tak kalah menegaskan . Mereka berlari bersama penduduk lain  , menjauhi ancaman lumpur longsormenuju tempat tinggi yang mereka anggap lebih aman .

            Bagi Ny Dede dan Wulan , musibah tanah longsor menjadi pengalaman tak terlupakan seumur hidup . “ Rumah kenangan bersama almarhum suami dan harta benda musnah begitu saja . “ katanya . Begitu juga Wulan dan Iwan . Ruamh kerja porak – poranda dihantam tanah longsor .

            “ Tapi kami ikhlas , kejadian itu merupakan takdir Tuhan . “ Harapan mereka semoga semua harta benda yang sirna ditelan bencana , dapat diganti di kemudian hari .